Minggu yang cerah, Jon Koplo dan Lady Cempluk serta anaknya Gendhuk Nicole njagong ke Solo. Dengan mengendarai motor pinjaman, mereka melenggang santai dari rumahnya di Sukoharjo menuju Solo. Baru sampai di Jongke, mak jegagik, ndilalah ada polisi stan by di jembatan.
“Bu, kayaknya ada mokmen. Bagaimana ini? Kita sudah telanjur masuk, tidak ada gang untuk menyelamatkan diri,” sambat Koplo gugup teringat saat itu tidak bawa STNK motor yang sedang dipakai.
Benar juga, di depan sana ada belasan polisi meneliti surat-surat kelengkapan berkendara.
“Pak, belok saja! Berhenti di warung depan itu!” ujar Cempluk.
Mak kluwer, Koplo langsung membelokkan kendaraan dan berhenti di sebuah warung. Seketika itu juga Cempluk mencolot turun sambil menggendong Gendhuk masuk ke warung.
“Permisi Mbah, saya nunut duduk sebentar, ada mokmen,” kata Cempluk kepada pemilik warung.
“Ya, silakan duduk,” jawab nenek pemilik warung tersebut.
Eee… baru saja Koplo memarkirkan motor, mak sreeet seorang polisi menghampirinya, “Selamat pagi! Kenapa Bapak berhenti?” tanya polisi bernama Tom Gembus itu.
“Oooh, ini Pak, saya baru ngantar anak-istri menengok neneknya, itu,” jawab Koplo sambil menunjuk istri dan anaknya yang ada di dalam warung.
“Mana STNK dan SIM-nya?” tanya Tom Gembus.
Dengan PD-nya Koplo mengeluarkan SIM dan STNK-nya. Kebetulan, Pak Gembus baru melihat SIM Koplo langsung percaya tanpa memeriksa STNK-nya. “Ya sudah, silakan. Maaf mengganggu,” kata Tom Gembus memberi hormat, lalu pergi.
Mak ploongg Koplo bersyukur. “Padahal STNK-ku tadi STNK motorku yang sedang ada di bengkel. Untung ya Bu, Gendhuk Nicole punya nenek baru. Pemilik warung tadi tak aku sebagai neneknya Gendhuk,” kata Koplo sambil cengar-cengir.
Nurul Dhuha, Pucangan Baru I No 30, Kartasura, Sukoharjo 57168
0 komentar:
Posting Komentar