Kurungan Anyar

: 

Pagi itu, seperti biasanya Jon Koplo thenguk-thenguk di teras rumahnya sambil nyruput teh anget bikinan istrinya, Lady Cempluk.
Beberapa saat kemudian bapak muda yang tinggal di Joyosuran, Solo, ini dikejutkan oleh suara burung perkutut yang manggung di pepohonan depan rumahnya. Melihat burung ucul-uculan itu, Koplo tak tinggal diam. Diambilnya jaring ikannya yang ada di dalam rumah, lalu dengan segala daya upaya, Koplo berusaha menangkap burung itu. Beruntung, sang perkutut bisa ditangkapnya.
“Wah, Bu, aku dapat rejeki nih. Aku nemu burung perkutut yang manggung-nya top banget!” teriak Koplo kegirangan.
Lha terus mau diwadahi apa Pak?” tanya Cempluk.
Setelah memutar otak, akhirnya Koplo mendapatken besek untuk wadah sementara. Setelah memasukkan burung ke dalam besek, Koplo lalu pamit ke Pasar Depok untuk membeli kurungan.
Sepeninggal suaminya, Cempluk menutup pagar dan menyapu teras rumahnya. Dilihatnya Tpm Gembus, tetangganya, tampak kebingungan, berjalan mondar mandir sambil ndhangak.
“Cari apa Pak Gembus?” tanya Cempluk.
“Oh, ini lho Bu, mencari burung perkutut. Tadi terbang gara-gara saya lupa menutup pintu sangkarnya.”
Mendengar jawaban Gembus, Cempluk age-age masuk rumah, lalu keluar lagi sambil membawa besek berisi burung perkutut. “Pak, apa ini burungnya? Tadi suamiku baru saja nemu burung di pohon itu,” terang Cempluk sambil menyerahkan besak.
“Wah, betul, Bu! Ini burung milik saya. Lha ini, di kakinya ada gelang birunya,” jawab Gembus setelah melihat isi besek tersebut.
“Oh, ya sudah. Kalau begitu ambil saja Pak.”
“Ya Bu, terima kasih. Tolong sampaikan ke Pak Koplo ya?”
“Ya, Pak. Nanti saya sampaikan,” jawab Cempluk.
Pagi itu Cempluk merasa senang bisa berbuat baik kepada tetangganya. Tapi di sisi lain ia juga mikir, betapa kecewanya sang suami nanti sewaktu pulang sambil menenteng kurungan baru…

0 komentar:

Posting Komentar