SABANG, - Pulau Weh merupakan bagian terbesar Kota Sabang dari pulau-pulau kecil lainnya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pulau paling ujung barat Indonesia ini menawarkan eksotisme wisata bahari yang tak kalah dengan tempat-tempat lainnya di Indonesia. Namun, minimnya informasi membuat wisatawan ragu untuk mengeksplorasi keindahan alam di sana.
Untuk itu, Kompas.com yang berkesempatan berada di pulau seluas 60 kilometer persegi ini selama 3 hari 2 malam, akan memberikan beberapa panduan bagi anda.
Akses menuju Pulau Weh
Meskipun berstatus kota paling ujung barat di Indonesia, akses menuju pulau tersebut tidak lah sulit. Dari pelabuhan di Kota Banda Aceh, terdapat dua jenis kapal yang biasa mengangkut orang atau barang untuk menyeberang, kapal cepat dan kapal lambat.
Kapal cepat memiliki dua buah, satu berangkat dari Banda Aceh, sementara satunya lagi berangkat dari Pulau Weh. Waktu keberangkatan pun hanya dua kali tiap harinya, pagi pukul 08.00 WIB dan sore pukul 16.00 WIB dengan harga Rp 65.000 per kepala.
Untuk kapal lambat, penyeberangan dari Banda Aceh ke Pulau Weh juga ada setiap hari. Hari Senin, Selasa, dan Kamis pukul 13.00 kecuali Jumat pukul 14.00, sementara hari Rabu, Sabtu dan Minggu pukul 11.00 dan pukul 16.00.
Mau menginap di mana?
Pembangunan Pulau Weh sudah cukup baik. Jadi jangan khawatir dengan akomodasi penginapan. Hampir di setiap obyek wisata memiliki penginapan dengan harga bervariasi. Mulai dari Rp 100.000 per malam hingga Rp 1 juta, tergantung dari kemampuan kantong anda.
Seluruh penginapan di Pulau Weh pun telah memiliki fasilitas cukup untuk beristirahat, seperti tempat tidur bersih, air conditioner serta restoran bagi para pengunjung, bahkan di beberapa penginapan, ada fasilitas internet gratis.
Jadi, jangan takut liburan anda menjadi tak nyaman karena fasilitas akomodasi yang kurang.
Miliki peta obyek wisata
Pada saat anda bersandar di Pelabuhan Sabang, mintalah peta obyek wisata kepada petugas. Pulau Weh memang bukan pulau besar, namun informasi tentang letak obyek wisata serta kelebihannya menjadi penting untuk kita ketahui sebelumnya. Gunanya, agar bisa menghemat waktu dengan membuat jadwal destinasi wisata sesuai dengan jarak yang terdekat hingga yang terjauh.
Selain itu, anda juga bisa mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan wisata anda.
Transportasi mahal
Dari pusat kota Sabang, akses transportasi menuju tempat-tempat wisata tergolong sulit dan mahal. Hal tersebut dikarenakan angkutan umum yang biasa dinamakan labi-labi tidak memiliki rute khusus. Ia hanya mengangkut dan mengantarkan penumpang ke tempat tujuan. Selain itu, angkutan jenis itu hanya ada sampai pukul 19.00 WIB.
Namun jangan khawatir. Bagi anda yang ingin lebih fleksibel dalam menjelajahi Pulau Weh, ada penduduk yang menyediakan mobil minibus sewaan dengan harga sekitar Rp 250.000 hingga Rp 300.000 per harinya lengkap dengan pengemudinya.
Bagaimana masyarakat di Pulau Weh?
Jika dibandingkan dengan kota lain di Aceh, Sabang dapat dikategorikan sebagai pulau yang tak kentara penerapan Perda Syariahnya. Hal tersebut dapat dilihat dari kebebasan wisatawan, baik asing maupun lokal dalam mengenakan busana. Meski demikian, sebagai wisatawan cerdas yang respek dengan kebudayaan lokal, sudah sepantasnya kita menghargai masyarakat Pulau Weh yang mayoritas beragama Islam.
Seorang pemandu wisata mengingatkan kepada penulis bahwa pada dasarnya, antara tamu dengan tuan rumah harus saling menghormati.
Selamat berpetualang di Pulau Weh.
KOMPAS.com
Untuk itu, Kompas.com yang berkesempatan berada di pulau seluas 60 kilometer persegi ini selama 3 hari 2 malam, akan memberikan beberapa panduan bagi anda.
Akses menuju Pulau Weh
Meskipun berstatus kota paling ujung barat di Indonesia, akses menuju pulau tersebut tidak lah sulit. Dari pelabuhan di Kota Banda Aceh, terdapat dua jenis kapal yang biasa mengangkut orang atau barang untuk menyeberang, kapal cepat dan kapal lambat.
Kapal cepat memiliki dua buah, satu berangkat dari Banda Aceh, sementara satunya lagi berangkat dari Pulau Weh. Waktu keberangkatan pun hanya dua kali tiap harinya, pagi pukul 08.00 WIB dan sore pukul 16.00 WIB dengan harga Rp 65.000 per kepala.
Untuk kapal lambat, penyeberangan dari Banda Aceh ke Pulau Weh juga ada setiap hari. Hari Senin, Selasa, dan Kamis pukul 13.00 kecuali Jumat pukul 14.00, sementara hari Rabu, Sabtu dan Minggu pukul 11.00 dan pukul 16.00.
Mau menginap di mana?
Pembangunan Pulau Weh sudah cukup baik. Jadi jangan khawatir dengan akomodasi penginapan. Hampir di setiap obyek wisata memiliki penginapan dengan harga bervariasi. Mulai dari Rp 100.000 per malam hingga Rp 1 juta, tergantung dari kemampuan kantong anda.
Seluruh penginapan di Pulau Weh pun telah memiliki fasilitas cukup untuk beristirahat, seperti tempat tidur bersih, air conditioner serta restoran bagi para pengunjung, bahkan di beberapa penginapan, ada fasilitas internet gratis.
Jadi, jangan takut liburan anda menjadi tak nyaman karena fasilitas akomodasi yang kurang.
Miliki peta obyek wisata
Pada saat anda bersandar di Pelabuhan Sabang, mintalah peta obyek wisata kepada petugas. Pulau Weh memang bukan pulau besar, namun informasi tentang letak obyek wisata serta kelebihannya menjadi penting untuk kita ketahui sebelumnya. Gunanya, agar bisa menghemat waktu dengan membuat jadwal destinasi wisata sesuai dengan jarak yang terdekat hingga yang terjauh.
Selain itu, anda juga bisa mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan wisata anda.
Transportasi mahal
Dari pusat kota Sabang, akses transportasi menuju tempat-tempat wisata tergolong sulit dan mahal. Hal tersebut dikarenakan angkutan umum yang biasa dinamakan labi-labi tidak memiliki rute khusus. Ia hanya mengangkut dan mengantarkan penumpang ke tempat tujuan. Selain itu, angkutan jenis itu hanya ada sampai pukul 19.00 WIB.
Namun jangan khawatir. Bagi anda yang ingin lebih fleksibel dalam menjelajahi Pulau Weh, ada penduduk yang menyediakan mobil minibus sewaan dengan harga sekitar Rp 250.000 hingga Rp 300.000 per harinya lengkap dengan pengemudinya.
Bagaimana masyarakat di Pulau Weh?
Jika dibandingkan dengan kota lain di Aceh, Sabang dapat dikategorikan sebagai pulau yang tak kentara penerapan Perda Syariahnya. Hal tersebut dapat dilihat dari kebebasan wisatawan, baik asing maupun lokal dalam mengenakan busana. Meski demikian, sebagai wisatawan cerdas yang respek dengan kebudayaan lokal, sudah sepantasnya kita menghargai masyarakat Pulau Weh yang mayoritas beragama Islam.
Seorang pemandu wisata mengingatkan kepada penulis bahwa pada dasarnya, antara tamu dengan tuan rumah harus saling menghormati.
Selamat berpetualang di Pulau Weh.
KOMPAS.com
0 komentar:
Posting Komentar